Rabu, 28 Januari 2009

Just In Time System

Mengenal Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time System)

I. Sistem Produksi Barat

Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yangberasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenalsebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi iniantara lain:

* melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,
* melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuankebutuhan bahan,penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.
* terdapatnya departemen pengendalian kualitas,
* terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagaipenyimpanpersediaan , dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsurprobabilistik dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistemproduksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimanamengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal inimemungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memilikiresourcess yang cukup banyak.

Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhiindustri-industri barat sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepangtidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasahemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnyaindustri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya diJepang justru mulai muncul.

Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkankeunggulan-keunggul annya sedangkan barat justru baru mulaimerekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melaluiteknik-teknik produksinya maupun manajemennya.

Pada tahun 1990-an Jepang nampak berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupunAmerika.

II. Sistem Produksi Jepang

Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu(Just In Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT)adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentukkemubadziran antara lain adalah

Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idletime), mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidakefisien, jadwal produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material,lintasan produksi yang tidak seimbang sehingga terjadi bottle-neck,terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb.

Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps,chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan material ataumaterial dalam proses, banyaknya material yang hilang, material yangusang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.

Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor,banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya overlappingdalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif, sulit dalamkoordinasi, dll.
Jepang melakukan eliminate of waste karena jepangtidak punya resources yang cukup.
Jadi dalam setiap melakukanpengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu menganutkepada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas.

Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagaiberikut :
- Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan.
- Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan.
- Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

Tujuan utama dari sistem produksi JIT adalah untuk dapat memproduksiproduk dengan Kualitas (quality) terbaik, Ongkos (cost) termurah, danPengiriman (delivery) pada saat yang tepat, dan disingkat QCD.

Tujuanutama ini bisa dicapai jika ketiga unsur berikut dapat dilaksanakansecara terpadu, yaitu Melakukan pengendalian kuantitas dengan baik.

Untuk dapat menentukan kuantitas yang tepat maka diperlukan sisteminformasi yang baik. Sistem informasi untuk memproses produk tersebutdi Jepang dikenal dengan istilah Kanban (kartu berjalan). Pelaksanakanpengendalian kuantitas akan berjalan dengan baik jika didukung olehsuplier dan consumer yang pasti dan tepat waktu. Jika hal ini dapatdilakukan maka kita akan dapat mengeliminir waste dalam materialsehingga konsep Zerro Inventory dapat dilaksanakan.

Melakukan pengendalian kualitas dengan baik.Dalam melakukan pengendalian kualitas di Jepang dikenal dengan istilahTQC (Total Quality Control). Tujuannya adalah untuk dapat memenuhikonsep Zero Defect. Didalam sistem produksi di jepang tidak adadepartemen pengendalian kualitas, tetapi yang ada adalah QualityAssurance (jaminan kualitas).Konsep zero defect tersebut akan dapat berjalan dengan baik jika parapekerja diberi kewenangan (otonomi), agar tidak memberikan hasilproduk yang tidak baik ke rekan kerja berikutnya sehingga tidakmenyusahkan pekerja lainnya.

Menjunjung tinggi harkat kemanusiaan karyawan. Didalam sistem produksidikenal 5 faktor produksi yang penting agar produksi dapat berjalandengan baik yang dikenal dengan istilah Lima M, yaitu Man, Machine,Material, Money, dan Method. JIT tidak ingin menganggap Man hanyasebagai salah satu faktor produksi saja, tetapi lebih dari itu yakniingin mengangkat harkat karyawan sehingga karyawan tersebut merasamemiliki sebagian dari perusahaan.

Untuk dapat melakukan ini ada 3cara, yaitu :

a. Otonomi (kewenangan) .

Karena karyawan sebagai pelaku dan penentu dalam proses produksi makaperlu kewenangan sehingga dapat mengambil keputusan-keputusan sesuaidengan batasan tugas dan tanggungjawabnya.

b. Flexibility

Karyawan perlu mengetahui dan bisa melakukan pekerjaan- pekerjaan laindiluar pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kebosanan(boredom) atau kejenuhan dan dapat melakukan subtitusi kerja lainnyajika karyawan yang ber-sangkutan absen.

Ditinjau dari segi manajemen adalah menguntungkan dalam segipengkoordinasian karena setiap karyawan mengerti akan keterkaitannyadan tugas-tugas rekan kerjanya yang lain. Dengan cara tersebut akandidapat karyawan yang bersifat multifungsi. Jika karyawan diarahkankepada pekerjaan yang bersifat Spesialisasi saja maka akan munculhal-hal negatif antara lain adalah kesulitan dalam mengkoordinasikarena timbulnya blok-blok atau pengkotakan antar job-nyamasing-masing, tidak ada sifat gotong-royong dalam bekerja, antarakaryawan tidak ada sifat kepedulian, dll.

c. Creativity

Jika wewenang, tanggung-jawab, job, dan flexibility sudah dimilikisetiap karyawan tetapi kreativitas belum tersalurkan maka akan munculkejengkelan atau unek-unek dari karyawan tersebut. Untuk itu perluadanya penyaluran kretivitas apakah dalam bentuk Urun rembug,brainstorming, atau yang lainnya. Dengan demikian akan terbentuk suatuDemokrasi dalam sistem produksi.

Sebagai penutup dapat dikatakan bahwa JIT sebenarnya berakar padailmu-ilmu barat. JIT dapat berjalan dan berhasil di Jepang karenadidukung oleh budaya jepang yang sesuai. Jadi secara tidak langsungJepang dapat memilih dan membudidayakan budaya asing yang baik untukdisesuaikan dan dikembangkan menjadi budayanya.

====
IPOMS

Tidak ada komentar: