Rabu, 19 September 2007

Sudah Waktunya 'Say Goodbye to Microsoft'

Microsoft ternyata serius dengan niatnya untuk menerapkan verifikasi keaslian Windows sebelum orang melakukan online update. Mulai Senin lalu, aksi mengusir software bajakan yang punya nama resmi Windows Genuine Advantage (WGA) diberlakukan. Walhasil, kalau Windows bajakan yang banyak digunakan orang Indonesia ingin di-update, fasilitas Windows Update di website Microsoft jadi tak bersahabat lagi, alias tak bisa diupdate.

Bagi sebagian besar penikmat Windows bajakan di sini, boleh jadi penerapan WGA ini tak masalah. Soalnya, seperti kita tahu, pengguna internet di Indonesia toh belum sebanyak pengguna Windows bajakan. Tepatnya, hanya sebagian kecil pengguna Windows yang merasa perlu melakukan update via internet secara rutin.

Bagi pengguna Windows yang tak rajin menggunakan internet, aneka isu tentang worm, bug, adware, security hole, dan sebagainya tentu bukan masalah. Mereka boleh dibilang hanya perlu pusing gaya lamaa: pusing ada virus atau tidak di komputernya. Itupun paling masih virus klasik.

Sebaliknya, bagi pengguna Windows bajakan yang rajin surfing, tentu ini masalah besar. Tak bisa update berarti beresiko besar dihantam aneka virus, warm, dan saudara-saudaranya yang lain. Proteksi gratis yang biasa dinikmati jadi hilang sama sekali. Atau kalau mau lebih serem lagi, mereka jadi seperti orang ngebut kencang naik sepeda motor tanpa helm.

Solusinya?

Solusi yang gampang tentu saja pakai Windows yang asli. Tapi, siapa yang mau?

Solusi lain, ya meneruskan upaya menakali Windows Update dan ngerjain Microsoft.

Dan ternyata memang sudah ada yang melakukannya. Belum sampai 24 jam WGA diberlakukan, sudah ada yang menyiasatinya hanya bermodalkan javascript. Sayangnya, solusi yang baru saja diceritakan News.Com itu sekarang sudah tak mempan lagi. Walhasil, seperti biasa, para pembajak memang harus rajin membobol Windows Update.

Solusi lain lagi? Ya ganti sistem operasi lain. Syukur-syukur yang gratis.

Kalau sudah bicara soal gratisan, tentu saja yang terbayang pertama kali adalah Linux. Masalahnya, siapa yang mau nekat pakai Linux?

Lepas dari omongan orang bahwa Linux itu mudah dan sebagainya, tetap saja ''selama ini'' orang lebih suka Windows. Selain sudah lebih akrab, juga karena persoalan bahwa toh semua hardware komputer kebanyakan masih dipersembahkan untuk Windows. Kalau pindah ke Linux, bisa jadi harta kekayaan hardware anda jadi mubazir. Tapi, itu adalah kasus ''selama ini.''

Sekarang, Linux konon sudah semakin oke. Katanya. Gelombang orang yang memikirkan pendayagunaan Linux untuk desktop semakin kencang (meski belum setara tsunami). Berbagai distro Linux, seperti yang bisa dengan mudah kita lihat di websitenya, sudah banyak yang merilis versi desktop. Pendek kata, jagad per-Linux-an memang sudah berubah.

Perubahan itu juga kentara sekali kalau sekarang kita mampir ke DistroWatch.Com. Peringkat popularitas Linux di sana sudah berubah. Jangan bayangkan bahwa yang namanya Redhat, Debian, Suse, atau Mandrake ada di urutan atas. Yang kini teratas justru distro Linux made in Afrika Selatan. Namanya, Ubuntu.

Kalau kita mampir ke websitenya, www.ubuntu.com , maka kita bakal didongengi bahwa Ubuntu benar-benar bisa menggantkan Windows untuk sistem operasi desktop. Kalau mampir ke berbagai majalah online di luar sana, semacam PC Computing, ZD Net, dan lain-lain, para reviewer pun sepakat.

Selain karena memang bagus dan gampang diinstall (ini kata para reviewer), popularitas Ubuntu juga didongkrak oleh tokoh Afsel yang ada di belakangnya: Mark Shuttleworth. Dia ini tak lain 'gazzillionaire' yang kaya raya lantaran menjual Thawte.Com (perusahaan verifikasi kartu kredit di internet) kepada Verisign.

Ubuntu versi terakhir, Ubuntu 5.04, dirilis April lalu. Mathew Newton, reviewer di PC World, sudah mencobanya dan menuangkan dongeng betapa gampang dan nikmatnya Ubuntu lewat Ubuntu Linux: Free and Fabulous.

Dalam edisi terbarunya, Linux Jurnal pun baru saja menurunkan artiklel You Can Use the Desktop on a Laptop Now, yang isinya tentang betapa gampangnya menginstall Ubuntu di notebook IBM Thinkpad Pentium III 800. Pentium III? Betul. Sang penulis memang sengaja beli barang lawas itu agar solider dengan kantong orang di negara dunia ketiga yang diyakini bakal memburu Ubuntu.

Mau coba Ubuntu? Silakan download sendiri, cuma satu CD. CBN punya mirrornya: http://ubuntu. cbn.net.id/Ubuntu-Release/hoar y/ . Tapi kalau nggak mau repot, ya beli saja di www.gudanglinu x.com, cuma Rp 20.000. Atau kalau mau bersabar, silakan minta Ubuntu mengirimi CD-nya untuk Anda. Bener? Bener, daftar saja.

Soal instalasi, agaknya tak usah pusing. Ternyata sudah ada orang Indonesia yang kerja bakti menerjemahkan online manual-nya. Lagi pula, toh Ubuntu bilang sistem operasinya dijamin semudah menginstall Windows.

Mau coba? Mari sama-sama coba. Mari pindah ke Linux... kecuali kalau main game. © che

Tidak ada komentar: